Gunung Pakuwaja Dieng Wonosobo
05.45
Add Comment
Gunung Pakuwaja Dieng merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi oleh petualang sejati. Dari puncak bukit Pakuwaja, Anda bisa menyaksikan sajian pesona alam yang luar biasa. Inilah spot terbaik untuk menikmati landscape kawasan wisata Dieng yang bergunung-gunung. Dua telaga kembar, Telaga Warna dan Telaga Pengilon, tampak begitu anggun terlihat dari ketinggian, diselimuti kabut tipis pada siang hari, sehingga membuat pesona pemandangan indah terasa dihiasi suasana mistis.
Gunung Pakuwaja berada di sebelah Bukit Sikunir, yang namanya sudah melambung lebih dahulu sebagai destinasi wisata. Secara administratif masuk dalam wilayah Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Bagi para penggemar tracking, Pakuwaja tentu memiliki daya tarik tersendiri. Dengan ketinggian mencapai 2.410 meter di atas permukaan laut, Gunung Pakuwaja memiliki pesona yang tak kalah menariknya dengan Bukit Sikunir.
Salah satu keunikan Gunung Pakuwaja adalah keberadaan batu besar, berbentuk runcing, menjulang tinggi, menyerupai menhir atau paku raksasa, yang menurut kepercayaan masyarakat setempat merupakan pasaknya Pulau Jawa. Oleh karena keberadaan pasak inilah gunung tersebut diberi nama Gunung Pakuwaja.
Batu besar berbentuk paku tersebut diapit oleh bekas telaga yang airnya sudah mengering dan berbentuk seperti wajan atau penggorengan. Warga setempat menyebutnya Telaga Wurung. Menurut mitos yang berkembang di kawasan Dieng, air Telaga Wurung tersebut dialirkan menuju ke Telaga Cebong, yang berada di kaki antara Gunung Pakuwaja dan Sikunir.
Konon, menurut cerita legenda yang beredar di masyarakat Dieng, dikisahkan bahwa pada suatu masa, ketika Pulau Jawa belum berpenghuni dan terus bergejolak, Bathara Guru, dewa tertinggi dalam kisah pewayangan, mengambil sebagian puncak Gunung Himalaya, dan ditancapkan sebagai pasak tepat di tengah-tengah Pulau Jawa. Puncak inilah yang saat ini dikenal sebagai kawasan Dieng Plateau.
Karena belum ada tanda-tanda petunjuk jalan, para pendaki bisa bertanya kepada para petani yang banyak dijumpai di sepanjang jalur pendakian. Lebih disarankan menggunakan jasa pemandu yang sudah berpengalaman, terutama jika pendakian dilakukan pada malam hari.
Setengah lebih lereng Pakuwaja adalah lahan kentang, sehingga pendakian harus dilakukan melalui lahan-lahan milik petani. Setelah melewati lahan kentang, rerumputan ilalang setinggi dada siap menyambut perjalanan para pendaki yang tentu sedikit menyulitkan.
Lepas dari perjalanan yang cukup melelahkan dan tiba di Puncak Pakuwaja, wisatawan akan disambut dengan pemandangan yang tak kalah cantiknya dengan puncak-puncak lain di Sikunir. Sebuah sajian pemandangan yang khas, penuh misteri, dan bernuansa mistis.
Di batu raksasa berbentuk paku, terdapat goa yang dijadikan sebagai tempat meletakkan sesaji, berupa dupa, bunga, rokok, dll. Pada hari-hari tertentu, terutama pada malam Jumat Kliwon (dalam penanggalan Jawa) ada masyarakat yang masih melakukan ritual kepercayaan. Sementara di area Telaga Wurung, para pendaki bisa mendirikan tenda untuk menunggu momentum surise yang sangat dinantikan.
Gunung Pakuwaja berada di sebelah Bukit Sikunir, yang namanya sudah melambung lebih dahulu sebagai destinasi wisata. Secara administratif masuk dalam wilayah Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Bagi para penggemar tracking, Pakuwaja tentu memiliki daya tarik tersendiri. Dengan ketinggian mencapai 2.410 meter di atas permukaan laut, Gunung Pakuwaja memiliki pesona yang tak kalah menariknya dengan Bukit Sikunir.
Pemandangan dari puncak Pakuwaja, Dieng
Salah satu keunikan Gunung Pakuwaja adalah keberadaan batu besar, berbentuk runcing, menjulang tinggi, menyerupai menhir atau paku raksasa, yang menurut kepercayaan masyarakat setempat merupakan pasaknya Pulau Jawa. Oleh karena keberadaan pasak inilah gunung tersebut diberi nama Gunung Pakuwaja.
Batu besar berbentuk paku tersebut diapit oleh bekas telaga yang airnya sudah mengering dan berbentuk seperti wajan atau penggorengan. Warga setempat menyebutnya Telaga Wurung. Menurut mitos yang berkembang di kawasan Dieng, air Telaga Wurung tersebut dialirkan menuju ke Telaga Cebong, yang berada di kaki antara Gunung Pakuwaja dan Sikunir.
Konon, menurut cerita legenda yang beredar di masyarakat Dieng, dikisahkan bahwa pada suatu masa, ketika Pulau Jawa belum berpenghuni dan terus bergejolak, Bathara Guru, dewa tertinggi dalam kisah pewayangan, mengambil sebagian puncak Gunung Himalaya, dan ditancapkan sebagai pasak tepat di tengah-tengah Pulau Jawa. Puncak inilah yang saat ini dikenal sebagai kawasan Dieng Plateau.
Jalur Pendakian Gunung Pakuwaja
Ada tiga jalur yang dapat dilalui untuk mencapai puncak Pakuwaja, yaitu Jalur dari Desa Parikesit, Desa Dieng (melalui jalur di depan Dieng Plateau Theater), dan Desa Sembungan. Dari ketiga jalur tersebut, jalur dari Desa Sembungan merupakan jalur terpendek, hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu setengah jam untuk mencapai puncak.Karena belum ada tanda-tanda petunjuk jalan, para pendaki bisa bertanya kepada para petani yang banyak dijumpai di sepanjang jalur pendakian. Lebih disarankan menggunakan jasa pemandu yang sudah berpengalaman, terutama jika pendakian dilakukan pada malam hari.
Setengah lebih lereng Pakuwaja adalah lahan kentang, sehingga pendakian harus dilakukan melalui lahan-lahan milik petani. Setelah melewati lahan kentang, rerumputan ilalang setinggi dada siap menyambut perjalanan para pendaki yang tentu sedikit menyulitkan.
Lepas dari perjalanan yang cukup melelahkan dan tiba di Puncak Pakuwaja, wisatawan akan disambut dengan pemandangan yang tak kalah cantiknya dengan puncak-puncak lain di Sikunir. Sebuah sajian pemandangan yang khas, penuh misteri, dan bernuansa mistis.
Di batu raksasa berbentuk paku, terdapat goa yang dijadikan sebagai tempat meletakkan sesaji, berupa dupa, bunga, rokok, dll. Pada hari-hari tertentu, terutama pada malam Jumat Kliwon (dalam penanggalan Jawa) ada masyarakat yang masih melakukan ritual kepercayaan. Sementara di area Telaga Wurung, para pendaki bisa mendirikan tenda untuk menunggu momentum surise yang sangat dinantikan.
0 Response to "Gunung Pakuwaja Dieng Wonosobo"
Posting Komentar